Selasa, 16 Mei 2017

Review Bab 4 dan Bab 5 Buku “Arungi Samudra Bersama Sang Naga”



BAGIAN KEEMPAT : POROS MARITIM DUNIA (PMD)
Poros Maritim Dunia (PMD) baru secara resmi dicanangkan oleh Presiden Jokowi dalam bentuk pidato kenegaraan di Naypyidaw Myanmar pada tanggal 13 November 2014 di forum East Asian Summit ke-9. Namun belum ada regulasi dalam wujud peraturan presiden maupun perundang-undangan yang menjelaskan secara operasional konsep Poros Maritim Dunia. Mengapa Indonesia perlu menerapkan poros maritim dunia ? alasannya karena negara Indonesia ini merupakan negara kepulauan jadi sudah selayaknya Indonesia perlu menerapkan poros maritim dunia. Banyak sekali potensi maritim Indonesia yang bisa dikembangkan kedepannya. Misalnya kekayaan alam, potensi wisata, potensi jalur strategis dan lain lain nya. Poros maritim dunia ini bisa dikatakan visi strategis dan juga grand strategi. Kalo visi strategis dilihat dari aspek geopolitik nya sedangkan grand strategi dilihat dari aspek geostrategisnya. Menurut Geoffrey Till, national policy dibagi menjadi tiga yaitu kebijakan luar negeri, ekonomi dan pertahanan. Sementara national interest dibagi menjadi tujuh yaitu ekonomi, politik, militer, hukum, intelegen, informal, dan keuangan. Perbedaan ekonomi dan keuangan yaitu apabila ekonomi tidak dapat terpengaruh karena politik sedangkan keuangan dapat terpengaruh karena politik. Sejak dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014, Presiden Jokowi sering menggunakan istilah Poros Maritim Dunia (PMD) dalam menggambarkan visi pembangunan pemerintahannya. Namun konsep Poros Maritim Dunia ini masih belum dijelaskan secara konkret. Presiden Jokowi sudah berupaya lebih dalam mengelaborasi konsep ini ke dalam lima pilar. Hal ini disebabkan oleh kesadaran bahwa masih banyak potensi maritim Indonesia yang belum digali optimal dikarenakan berbagai alasan, baik dari besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan optimalisasi ekonomi maritim, belum adanya teknologi yang mumpuni, hingga masih buruknya keamanan laut di Indonesia.
Beberapa bulan terakhir ini, pemerintahan Presiden Jokowi melakukan tindakan shock therapy dengan menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan yang tertangkap. Namun, tindakan ini tidak akan memiliki dampak positif yang berkesinambungan jika pemerintah tidak memiliki perencanaan jangka panjang. Perlu dikaji mengenai strategi pengamanan laut Indonesia untuk jangka panjang. Indonesia tidak bisa lagi hanya melihat wilayahnya sebagai garis batas pengawasan laut, namun perlu juga mempertimbangkan perairan di sekitar Indonesia. Sengketa yang terjadi di perariran tersebut berpotensi menjadi gangguan keamanan dan kedaulatan yang membahayakan kepentingan Indonesia di kawasan ASEAN. Contohnya, sengketa di Laut China Selatan, yang muncul akibat klaim China atas sebagian besar perariran itu. Geolokasi  Indonesia yang strategis seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menguasai posisi strategis dalam bidang kelautan dunia dengan memanfaatkan hubungan diplomatic dengan kekuatan besar di kawasan seperti Amerika Serikat dan China. Dalam konteks merangkul dua kekuatan yang saling bersaing, Kuik menawarkan konsep baru yang dinamakan hedging. Hedging merupakan strategi yang menggabungkan antara balancing dan bandwagoning dalam menghadapi ancaman. Inti dari hedging adalah dipeliharanya suatu kesempatan bagi suatu negara untuk memihak ke kekuatan mana saja manakala negara tersebut berada dalam posisi terdesak. Menurut paradigma realis, untuk mempertahankan kepentingan nasional, maka suatu negara harus memiliki struktur kekuatan relatif yang lebih besar daripada negara-negara lainnya. Struktur kekuatan tersebut memiliki tiga dimensi, yaitu kekuatan militer, kekuatan ekonomi, dan kekuatan diplomasi. Sebagai visi geopolitik, Poros Maritim Dunia bukanlah tujuan akhir atau kepentingan nasional, melainkan merupakan tujuan antara untuk mencapai kepentingan nasional melalui penyusunan dan penggunaan instrument yang tepat. Berikut ini elaborasi kelima pilar Poros Maritim Dunia versi tim penulis :
1. Budaya Maritim
Jika rakyat Indonesia ingin mendapat porsi lebih dari manfaat perekonomian berbasis maritim di Indonesia, maka budaya dan sikap mentalnya terhadap maritim harus berubah. Maritim merupakan bagian integral dari identitas dan potensi kemakmuran masyarakat Indonesia. Karakter maritim yang berciri dinamis, egaliter, dan pantang menyerah perlu terus ditumbuh kembangkan. Pemerintah pun perlu menyediakan pendidikan berwawasan maritim dengan mencetak sumber daya manusia yang terampil dalam mendukung aktivitas maritim, seperti: pelayaran, pelabuhan, penanganan peti kemas, asuransi pelayaran, peramalan cuaca, dan sebagainya. Apabila ini terus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan, bukan tidak mungkin bangsa Indonesia akan kembali menemukan jati dirinya dalam dua-tiga generasi ke depan sebagai bangsa maritim. Perubahan sikap mental ini harus diprogramkan melalui pendidikan formal dan informal. Aspek budaya lain yang turut mendukung visi Poros Maritim Dunia adalah perubahan orientasi pembangunan dari Jawa-sentris menuju keluar-Jawa. Perlu dibangun budaya baru yang memiliki kecenderungan memindahkan segala kegiatan sosial-budaya yang memungkinkan untuk keluar-Jawa.
2. Ekonomi Maritim
Untuk menjadi Poros Maritim Dunia, prasarana ekonomi maritim harus dibangun secara optimal. Infrastruktur seperti sarana-prasarana pelabuhan, kapal angkut/penumpang, alat navigasi pelayaran juga harus dibangun. Ada banyak sekali pulau atau pelabuhan tradisional di Indonesia—seperti Pulau Sabang, Pulau Batam, Pulau Bintan, Pulau Natuna, Kota Merak, Kota Cilacap, Kota Bitung, Kota Palu, Kota Kupang, Pulau Morotai dan Kota Sorong yang sebenarnya sangat cocok dikembangkan menjadi deep sea port atau global transhipment port seperti Singapura. Abad ke-21 yang diwarnai dengan bergesernya pusat ekonomi dunia, dari Eropa menuju Indo-Pasifik, memaksa sejumlah negara di Indo-Pasifik beradaptasi dengan lingkungan baru. Motif dibalik fokus politik internasional di kawasan Indo-Pasifik tidak lepas dari motif ekonomi, yaitu: freedom of navigation, akses kepada sumber daya alam, dan akses kepada pasar. Dalam pilar ke-2, tujuan utamanya adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya beraspek maritime (seperti perikanan dan tambang) bagi kepentingan nasional. Hasil eksploitasi ekonomi maritim tersebut pada akhirnya akan dibawa ke pelabuhan. Sehingga pelabuhan memiliki nilai strategis dalam mengakumulasi sumber daya maritim. Tentu saja pelabuhan tersebut harus memiliki fasilitas yang sesuai untuk menangani sumber daya maritim yang diarahkan ke sana.
3. Konektivitas Maritim
Jika melihat rencana pembangunan lima deep sea port di Kuala Tanjung, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Sorong, ada beberapa wilayah di Indonesia yang belum terjangkau dengan rute pelayaran pendukung, seperti di wilayah Pontianak dan sekitarnya, Bengkulu, Sumatra Barat, bagian barat Sumatra Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Gorontalo. Dalam kondisi diatas manakala dukungan pemerintah pusat memilki keterbatasan, maka peran paradiplomasi pemerintah daerah diperlukan untuk mempromosikan pembangunan infrastruktur transportasi maritim di daerahnya. Pemerintah daerah dengan otoritas yang diberikan pemerintah pusat, dapat mengatur terwujudnya investasi asing ke daerahnya. Hal ini pun sejalan dengan kebijakan sejumlah negara maju yang memiliki program bantuan luar negeri kepada negara-negara berkembang. Tujuan dilakukannya diplomasi di dunia internasional adalah untuk memenuhi ataupun memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia.
4. Diplomasi Maritim
Dalam diplomasi maritim, ada empat hal yang perlu dijadikan panduan, yaitu (1) perlunya selalu mempertajam dan memprioritaskan kepentingan nasional Indonesia; (2) menentukan strata kepentingan; (3) perlunya memperjuangkan kepentingan ASEAN, di mana Indonesia menganggap dirinya sebagai pemimpin alamiah ASEAN; (4) perlunya mengupayakan solusi menang-menang dari masalah sengketa antarnegara anggota ASEAN dan pihak lain diluar ASEAN, seperti dengan kekuatan besar (Amerika Serikat, China, India, dan Jepang).


5. Keamanan Maritim
Secara definisi, menurut Shicun, W. dan Keyuan, Z. keamanan maritime adalah hal yang menyangkut keamanan navigasi (di laut), penanggulangan kejahatan transnasional meliputi bajak laut dan terorisme maritim, serta pencegahan dan resolusi konflik (maritim). Dalam konteks hubungan internasional, keamanan selalu dikaitkan dengan kerawanan suatu negara yang dijadikan pihak eksternal sebagai kesempatan untuk membuat masalah atas negara tersebut. Wilayah perairan Indonesia yang sangat luas akan sulit untuk diamankan sepenuhnya. Sehingga perlu adanya prioritas. Daerah-daerah menjadi prioritas tentunya adalah sejumlah daerah yang memenuhi salah satu atau lebih unsur berikut ini: (1) memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi, baik dari sumber daya alam maupun pariwisata; (2) memiliki lokasi yang strategis di dalam rute pelayaran dunia dan regional; dan (3) memiliki potensi sengketa/konflik perbatasan dengan negara tetangga.
BAGIAN KELIMA : SINERGI POROS MARITIM DUNIA DAN JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21
            Perlu ditekankan bahwa konsep Jalur Sutra Maritim China sudah tentu tidak dicanangkan karena altruism (kebaikan hati untuk membantu negara-negara lain), namun dibuat untuk memenuhi kepentingan politik, ekonomi dan pertahanan China sendiri. Sudah tentu ada keuntungan bagi China yang ingin didapat dari Indonesia. Selain untuk memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang melimpah, China pun ingin meningkatkan pasar bagi produk-produknya. Namun Indonesia sendiri bukannya tidak dapat mengambil manfaat dari regionalism China tersebut. Salah satu kepentingan Indonesia yang dapat dipenuhi adalah kebutuhan Indonesia terhadap investasi di jalur perdagangan antar pulau Indonesia sendiri, yang sering disebut sebagai konsep tol laut. Belakangan ini, pemerintah telah memutuskan bahwa prioritas pembangunan infrastruktur nasional lebih diarahkan ke daerah tertinggal terutama di Indonesia bagian timur. Sedangkan untuk pembangunan infrastruktur di daerah yang lebih maju akan diarahkan melalui mekanisme B-2-B (business to business). Fakta yang harus disadari adalah selama infrastruktur kelautan Indonesia masih belum efektif dan efisien, maka potensi pariwisata Indonesia Timur yang begitu besar tetap tidak bisa dibangun secara optimal.
            Jalur Sutra Maritim China memang memberi peluang besar bagi Indonesia untuk kembali bangkit dengan meningkatkan daya saing perusahaan-perusahaan Indonesia yang selama ini terkendala biaya transportasi tinggi, serta meningkatkan pembangunan di kawasan-kawasan tertinggal, seperti wilayah timur Indonesia, yang disebabkan oleh buruknya infrastruktur, terutama transportasi laut. Kedekatan hubungan ekonomi antara China dan Indonesia harus dimanfaatkan sebagai alat untuk mengubah perilaku China. Pada bidang budaya maritim, jika rakyat Indonesia secara umum ingin mendapat porsi lebih dari manfaat perekonomian berbasis maritim di Indonesia, maka budaya dan sikap mentalnya terhadap maritim harus berubah. Pada bidang ekonomi maritim, Indonesia yang perlu diselaraskan adalah terwujudnya kerja sama bilateral dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya olahan secara optimal dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya modal dan teknologi dari China. Terkait konektivitas maritim, Indonesia memiliki tantangan yang sangat besar. Kebijakan One Belt, One Road berarti perlintasannya hanya akan melewati perairan di Selat Malaka yang telah didominasi Singapura sebagai entreport dari dan ke Asia Tenggara. Oleh sebab itu, Indonesia harus melakukan konsolidasi ke dalam dengan membangun prasarana transportasi laut yang memadai dan mampu menampung sejumlah kapal dengan berbagai ukuran, agar kelak konektivitas maritim di Indonesia dapat berintegrasi dengan rute di Jalur Sutra Maritim China. Pada bidang diplomasi maritim, Indonesia harus mampu merevitalisasi politik luar negeri bebas aktifnya agar bisa mendapat manfaat ganda di bidang ekonomi dan pertahanan. Bicara tentang keamanan maritim tidak lepas dari masalah kerawanan di laut. Dari kompleksitas permasalahan keamanan maritim di Indo-Pasifik, sinergi Poros Maritim Dunia dan Jalur Sutra Maritim sebaiknya dibangun untuk membentuk sistem keamanan maritim bersama dalam menghadapi ancaman aktor non-tradisional saja, seperti perompakan, penyelundupan, illegal fishing, bencana di laut, dan lain sebagainya. Sistem keamanan bersama ini idealnya bersifat inklusif, yang melibatkan seluruh negara yang berkepentingan dengan leading sector-nya negara yang menguasai wilayah laut yang diawasi. Menerima begitu saja proposal China tanpa menerpkan pemikiran yang strategis akan menimbulkan konsekuensi tragis bagi Indonesia. Dikhawatirkan ASEAN akan terpecah-belah, walau Indonesia dalam jangka pendek akan diuntungkan dengan pembangunan infrastuktur yang kuat. Namun untuk jangka panjang, Indonesia dikhawatirkan akan berada di bawah dominasi China, akibat banjirnya barang-barang China yang menggunakan infrastruktur tersebut, dan dijual dengan harga murah sehingga mematikan produksi dalam negeri.
Terima Kasih
Sumber Buku :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar